Bersama teman-teman mengunjungi Astana
Giribangun setelah kunjungan lapang ke produsen benih di Karangpandan
jadi ingin berbagi gambar. (Sebenarnya jarak antara tempat ini dengan
rumah orang tua di Karanganyar sangat dekat namun koq ya belum pernah
berkunjung) Ulasan tentang Astana Giribangun banyak dipublikasikan dan oleh keterbatasan pemahaman maka postingan ini hanya tentang flora yang menghiasinya.
Memasuki regol/gerbang utamanya tebaran
florapun dapat dinikmati mulai dari hiasan di kursi ruang tunggu luar
regol, kemudian memasuki kawasan argatuwuh mendaki tangga memasuki
argakembang disambut visualisasi padma dari materi batu maupun logam,
hingga ke ukiran flora di daun pintu cungkup argasari. Kosakata tuwuh,
kembang dan saripun merupakan tahapan kehidupan flora yang diawali
dengan berkecambah, berkembang dan menghasilkan kembang serta
mempersembahkan sari yang menjadi bagian siklus regenerasi. Tahapan
kehidupan flora yang dimaknai dan diwujudnyatakan oleh manusia sebagai
titah yang diberi karunia akal budi.
Bangunan utama adalah cungkup argasari
berada pada ketinggian 666m dpl. Kekokohan bangunan ditopang oleh banyak
tiang (saka guru) yang pada bagian alasnyapun berukir flora serta
penyambung dengan langit-langit yang juga berhiaskan ukiran flora. Flora
sebagai penghubung antara dasar tanah (litosfer) dengan langit-langit
atmosfer. Dinding ruang utama model gebyog berwarna kecoklatan yang
penuh dengan ukiran flora dengan detail rumit yang dimata awam adalah
rangkaian garis lurus, lengkung maupun bulatan. Pintu utama (yang
dilihat dari arah Timur. Selatan dan Barat) berupa sepasang daun pintu
kembar berwarna hitam kelam kembali dengan ukiran floranya.
Melengkapinya ornamen yang bertebaran di serambipun berhiaskan ukiran
flora dari bentuk yang agak sederhana dedaunan berhelai daun sejajar
hingga ukiran sulur buah. Pemaknaan simbul dalam ukiran sungguh diluar
kompetensi pemahaman sambil colek Jeng Ade pakarnya.
Di luar bangunan utama, daun pintu ke
arah masjid dan wisma lerem pun berhiaskan ornamen bunga. Diperkuat oleh
elemen lampu taman bertudungkan motif daun, pot tanaman dari semen
serta penyangga tempat sampah bertabur flora. Beringin dan kamboja yang
selama ini menjadi flora identitas astana/pemakaman dikemas dalam paduan
beringin kotak dalam tatanan kontur berunggah. Pun jalan penghubung
dari astana giribangun ke astana mengadeg tempat peristirahatan Pangeran
Sambernyawa dengan ketinggian tempat 750m dpl dibingkai flora alami
gunung dan lembah ditingkah suara mengalirnya air di kali Samin dengan
latar belakang pemandangan sawah.
Giribangun ini berada di lereng Barat
gunung Lawu, arah ke Timur dari kota Sala dengan jarak sekitar 40an km
yang kesemuanya dapat dicapai dengan transportasi umum. Secara
administratif menjadi wilayah dari desa Karangbangun, kecamatan Matesih
kabupaten Karanganyar. Sepanjang perjalanan akan disuguhi jalan
berkelak-kelok dengan pemandangan khas daerah pertanian, sawah
berteras-teras, aliran sungai kecil, aneka warna flora. Sebelum hari
terlalu sore ayo segera turun dari gunung dan sebelum postingan ini
terlalu panjang paparanpun dihentikan.
sumber :rynari.wordpress.com
0 komentar:
Post a Comment